Tampilkan postingan dengan label cerita budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita budaya. Tampilkan semua postingan

Tebing Unta Batu Daya


  1. Nama tebing : Tebing Unta / Batu Daya / Tebing Batu Daya / Bukit Unta
  2. Ketinggian : Bukit Batu Daya memiliki ketinggian 958 mdpl. Tebing terdiri dari 3 bagian batu, memiliki bentuk yang berbeda jika dilihat dari sisi yang berbeda pula. Batu terbesar yang merupakan bagian punuk unta diberi nama (1) Batu Daya, batu kedua yang berada di belakang Batu Daya itu disebut (2) Kuang Kande’ dan bagian kepala unta diberi nama (3) Belah Hulu dengan ketinggian ± 400-700 mdpt.
  3. Wilayah administratif : Desa Batu Daya, kecamatan Simpang Dua Kabupaten Ketapang. Terdiri dari (1) Dusun Keranji dan Dusun Tunas Harapan. Dusun Keranji terletak + 30 km dari Bukit Unta dan memiliki penduduk sekitar 200 kepala keluarga; (2) Dusun Tunas Harapan hanya + 2 km di bawah kaki tebing, dusun ini hanya memiliki 3 kepala keluarga (data 2013)
  4. Akses : + 9 jam dari ibukota provinsi Kalbar, Pontianak melalui jalur darat melewati Kec. Sungai Ambawang - Simpang Ampar- Kec. Tayan - Kec. Balai Bekuak - Kec. Simpang Dua - Desa Batu Daya.
  5. Transportasi umum : (1) bus/taksi jurusan Pontianak – Sandai (turun di simpang Desa Batu Daya di Kec. Simpang Dua) (2) ojek/charter menuju desa (tidak ada transportasi umum)
  6. Proses perizinan dan adat : Sub Suku Dayak asli Desa Batu Daya yaitu Lambo Setungkung mayoritas sebagai petani dan masih sangat kental dengan adat istiadat. Setiap tamu yang datang disambut dengan ritual adat (tergantung keperluan/kegiatan tamu). Sebelum masuk hendaknya menyampaikan pemberitahuan kepada Polres Ketapang/Polsek Simpang Dua dan surat perizinan kepada pemerintah desa setempat. Untuk pemanjat sebaiknya menyampaikan pemberitahuan juga kepada Koramil, Basarnas/BPBD.


Kabupaten Sambas Serambi Mekah


Kabupaten Sambas, adalah kabupaten yang berada di wilayah paling utara Kalbar, berjarak 185 KM dari ibukota propinsi (Pontianak) dengan relatif waktu tempuh 5-6 jam jalur darat.
Terdapat Keraton peninggalan kerajaan Al-Waziqubillah di kota Kabupaten, anda dapat melihat dan merasakan suasana kehidupan pada zaman kerajan disini. Mayoritas bersuku Melayu dan beragama islam, warga Sambas dikenal ramah dan santun ditambah makanan khas daerah yang sangat nikmat yaitu "bubur pedas" http://guelocek.blogspot.com/2016/04/kuliner-kalimantan-barat-yang-harus.html 
Sambas dikenal dengan Serambi Mekah, gelar ini diberikan karena banyak ulama besar yang berasal dari Sambas serta kehidupan masyarakat yang religius. Ulama besar diantaranya Basuni Imran As-Sambasy, nama beliau diabadikan menjadi nama pondok pesantren di Sambas.
Selain itu pemerintah daerah menetapkan nama daerah dengan nama Bumi Sambas Terigas.
Destinasi wisata yang wajib anda kunjungi yaitu Danau Sebedang di Kecamatan Tebas, Pantai Putri Serayi dan Pantai Kahona http://guelocek.blogspot.com/2016/05/pantai-putri-serayi-pantai-jawai.html di Kec. Jawai, Sungai Sambas yang eksotik serta gunung-gunung dengan ketinggian diatas 1000 mdpl di wilayah perbatasan Indo-Malay.
Sambas memiliki pos lintas batas negara yang diresmikan Presiden Joko Widodo, anda bisa ke negri jiran Malaysia melalui pintu PLBN di Aruk, sekitar 4 jam dari kota Sambas melalui Kartiasa dan Galing.

Gunung Raya Singkawang kaya hayati, kaya tradisi

Indonesia, sebuah negri yang terkenal dengan hutan hujan tropis yang sangat lebat. ditambah banyaknya pegunungan yang menjadi pasak bumi dengan isi kandungan perut bumi yang melimpah semakin lengkaplah kekayaan alam Indonesia. diantara kekayaan alam Indonesia, juga kekayaan budaya, adat istiadat serta tradisi yang diantaranya tidak dapat dijelaskan secara ilmiah melengkapi kekayaan di setiap penjuru negri ini. Gunung Raya Singkawang misalnya. Gunung dengan ketinggian 947 mdpl (meter diatas permukaan laut) yang masuk dalam gugusan pegunungan Kawasan Cagar Alam Raya Passi dan merupakan gunung tertinggi di dalam kawasan cagar alam Singkawang ini memiliki keanekaragaman flora fauna serta adat tradisinya.

(Triangulasi P 120 puncak Gn. Raya. Dok: Mapala Untan)

Keanekaragaman hayati yang melimpah, dari pepohonan yang menjulang tinggi, hingga spesies lumut (bryophyta) dan spesies kantung semar (Nephentes) dapat ditemukan di daratan yang kemiringannya mencapai 70 derajat ini. Selain itu, ada satu flora endemik yang dapat ditemui oleh pendaki maupun penggiat alam bebas bilamana waktu kegiatan bersamaan dengan mekarnya bunga bangkai atau sering dikenal dengan bunga raflessia. Menurut ketua RT, Pak Asdi, Kelurahan Pajintan yang berbatasan langsung dengan kawasan cagar alam ini, masa mekar bunga bangkai pada bulan September-Oktober. Prediksi ini sesuai dengan yang kami temui di lapangan, bahwa saat pendakian dan upacara 17 Agustus 2015 di Puncak Gunung Raya, tim kami yang mewakili MAPALA UNTAN menemukan bunga bangkai yang tumbuh, namun masih dalam keadaan kuncup (belum mekar).
Selain keanekaragaman hayati, terdapat pula budaya dan kepercayaan serta ritual-ritual adat yang dilakukan dan dilestarikan sampai saat ini di puncak Gunung Raya oleh masyarakat desa atau kampung penyangga di sekeliling Kawasan Cagar Alam Raya Passi. Diantaranya Kampung Rantau Sebaju, selalu melaksanakan ritual adat di Gunung Raya. Ritual yang dilaksanakan dalam rangka bepadah (memberitahu/izin) sebelum masa tanam ladang/sawah, kemudiansyukuran setelah masa panen.
Selain itu, ritual dengan maksud dan tujuan lain juga masih dilestarikan sampai saat ini, misalnya ritual tolak bala atau ritual minta diturunkan hujan dan sebagainya. Kekayaan budaya dan tradisi ini bisa dilihat dengan adanya batu keramat yang dari sejak nenek moyang selalu dijaga masyarakat sekitar, batu keramat ini menurut Pak Asdi bernama ‘batu canai/canang’. Batu canang ini oleh masyarakat adat disimpan tidak jauh dari tugu triangulasi titik 120 Puncak Gunung Raya.
Tradisi ritual adat yang dilakukan selain dengan tujuan menghormati leluhur, juga memberikan sesembahan kepada penjaga pegunungan di kawasan ini, menurut Pak Asdi terdapat dewi yang berjumlah 7 putri dari kayangan yang menjaga kelestarian hutan Raya Passi ini, 7 putri dari kayangan ini oleh masyarakat sekitar diberi nama ‘Maniamas’. Sehingga siapapun yang mendaki, berkegiatan di kawasan ini harus menjaga sikap dan tingkah laku, perkataan dan tidak merusak kawasan agar terhindar dari murka penjaganya.