Desa
Batu Daya, itulah sebutan atau nama sebuah desa yang (agak) terpencil
yang berada di Kabupaten Ketapang, lebih tepatnya di Kecamatan Simpang
Dua. Masyarakat menamakan desa yang ditinggali sejak beberapa generasi
terdahulu ini Desa Batu Daya bukan tidak mengandung maksud, desa ini
dinamakan Desa Batu Daya karena memiliki ikon unik yang sangat
menakjubkan. ya, Batu Daya atau yang sering dikenal dengan Bukit Unta.
Secara administratif, Desa Batu Daya ini terbagi menjadi dua dusun saja, yaitu Dusun Keranji dan Dusun Tunas Harapan. Dusun
Keranji terletak + 30 km dari Bukit Unta dan memiliki penduduk
sekitar 200
kepala keluarga, sedangkan Dusun Tunas Harapan hanya sekitar 2 km di
bawah kaki
Batu Daya, selain sangat dekat dengan Bukit Unta, dusun ini juga hanya
memiliki 3 kepala keluarga. Desa ini cukup jauh dari ibukota provinsi
Kalbar, Pontianak, waktu yang ditempuh bisa mencapai + 9 jam.
penduduk asli Desa Batu Daya merupakan masyarakat petani yang bersuku dayak Lambo
Setungkung dan masih sangat kental dengan adat istiadat nenek moyang.
dengan
adat istiadat yang dipegang teguh masyarakat Batu Daya inilah Tebing
Unta masih dapat berdiri dengan gagahnya tanpa adanya kerusakan dan
masyarakat Indonesia dapat melihatnya langsung sampai saat ini.
Bukit atau
Tebing Unta dikategorikan sebagai
salah satu tebing terbesar di Kalimantan Barat selain Bukit Kelam bahkan
masuk
dalam kategori kiblat pemanjat nasional dan internasional, istilah untuk
Bukit Unta ini sangat tidak berlebihan, karena sudah dipanjat oleh
beberapa mahasiswa dari Universitas Indonesia dan terakhir sukses
dipanjat sampai kepuncak oleh 3 pemanjat dari Jepang tahun 2012 dan
tahun 2013 yang saat itu didampingi oleh tim Panjat Tebing Mahasiswa
Pencinta Alam Universitas Tanjungpura (MAPALA UNTAN).
Selain besar dan tinggi, Tebing Unta juga Indah nan menawan dengan
bentuknya yang unik, seperti unta serta berada di hutan tropis yang cukup lebat.
Uniknya, bukit yang sebagian memiliki tebing disisi Selatan
ini terdiri dari 3 bagian batu yang memiliki bentuk yang berbeda-beda jika
dilihat dari sisi yang berbeda pula. Batu terbesar yang merupakan bagian punuk
unta ini diberi nama Batu Daya, batu kedua yang berada di belakang Batu Daya
itu disebut Kuang Kande’ dan terakhir bagian kepala unta diberi nama Belah
Hulu dengan ketinggian ± 400-700 mdpt.
walaupun Tebing Unta ini masuk dalam kawasan
Hutan Lindung Kabupaten Ketapang, hampir sekeliling Tebing Unta sudah tidak ada hutan, yang terlihat
hanya sawit-sawit. Hutan
semakin
gundul, global semakin panas, banjir mulai merata dimana-mana,
binatang-binatang pun punah secara perlahan akibat habitatnya rusak yang
disebabkan oleh penebangan hutan yang kemudian ditanami sawit oleh
perusahaan.
Tampak
keprihatinan dari seluruh masyarakat Kalbar khususnya masyarakat Desa
Batu Daya melihat kondisi hutan Batu Daya yang semaikin lama semakin
gundul. salah seorang yang menunjukkan keprihatinannya dalam akun
facebooknya yang penulis baca, penggalan tulisannya seperti ini "Masyarakat Desa Batu Daya saat ini merasa terjajah dengan adanya penggarapan lahan disaat Indonesia yang
sudah merdeka. Maka daripada itu kami memohon dengan sangat hormat
kepada Instansi-instansi terkait khususnya Pemerintah daerah Kabupaten
Ketapang Provinsi Kalimantan Barat untuk segera menindaklanjuti perihal
masalah yang sudah sangat meresahkan masyarakat Desa Batu Daya.dan
sudah banyak pemberitahuan yang dilakukan, tinggal respon pemerintah yang belum
nampak sampai saat ini." (Bethly Awan-facebook).
Banyak hal yang harus diperhatikan oleh semua elemen dalam hal
pembukaan lahan, termasuk dampak-dampak yang akan disebabkan oleh kegiatan
tersebut.
'Gue Locek'